“Education For
All”.
Kata-kata ini PLS
banget. Mulai tahun 2015 nanti, Education
For All akan menjadi batu pertama dalam pondasi kebijakan-kebijakan pendidikan
seluruh dunia. Education For All (EFA) sendiri sudah jadi bahan bahasan global
sejak lama, pahkan menjadi bagian tersendiri dalam dunia pendidikan. Final
Statement the Global Education for All Meeting (GEM) yang diadakan di Paris
pada November 2012 telah menggarisbawahi kebutuhan akan peninjauan Education For All secaraa
Nasional dan Regional. Hasil tinjauan nasional akan disintesiskan dalam laporan
regional yang kemudian akan dijadikan bahan diskusi dalam Global EFA
Conference yang akan diadakan di Korea pada 2015. Hasil tinjauan ini akan menjadi self-assessment berharga bagi negara-negara yang tergabung dalam meninjau bentuk pendidikan
di masa mendatang. UNESCO sendiri telah menyatakan dukungan penuhakan hal ini.
Kalau boleh
sedikit narsis nih, mulai 2015 nanti
Pendidikan Luar Sekolah akan mendapat perhatian lebih. Dunia Internasional
sejak lama sudah memberikan perhatian pada sektor-sektor PLS, terbukti dengan
adanya Community Learning Center (CLC), Non Formal Education (NFE), dan
Lifelong Learning yang memang menjadi garapan Pendidikan Luar Sekolah. Apabila
dunia Internasional lebih fokus dengan membagi Pendidikan Luar Sekolah (ala
Indonesia) menjadi sektor-sektor yang lebih fokus, maka sudah seharusnya Indonesia ikut menata ulang bagian “PLS”nya.
Pendidikan Luar Sekolah kita hakikatnya lebih dari sekedar Out of School
Education. PLS Indonesia adalah CLC, NFE, Lifelong Learning, dan Out of School
yang menjadi satu, sehingga terlihat “tidak jelas” karena “terlalu luas”. Pemecahan
PLS menjadi sektor-sektor yang lebih terfokus akan lebih mengefisienkan bidang
kajian sehingga dapat memaksimalkan kinerja. Jika PLS terlihat sangat jelas dimana
“track”nya hanya dengan melihat namanya, maka masyarakat luas tentunya akan dapat
lebih membuka mata dan akan lebih melihat secara jelas kemana saja jalur yang
harus mereka tapaki untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka di luar
pendidikan formal, meski PLS sendiri bukan bagian terpisah dari Pendidikan
Formal.
PLS Indonesia sekarang
kurang nampak di permukaan, bahkan masih banyak yang tidak mengenal. Pemecahan PLS
menjadi sektor-sektor bidang yang lebih fokus perlu dilakukan, karena PLS is
not only out of school education, bukan hanya lembaga pelatihan dan kursus. Apabila
hal ini sulit dilakukan, ganti nama saja lah,
setidaknya dengan begitu sisi lain pendidikan ini dapat lebih mudah dikenal
dan lebih terpapar jelas utamanya di masyarakat awam.
0 komentar:
Posting Komentar