1 Desember 2013

PLS di Dua Ribu Lima Belas (2015)



“Education For All”.
Kata-kata ini PLS banget. Mulai tahun 2015 nanti, Education For All akan menjadi batu pertama dalam pondasi kebijakan-kebijakan pendidikan seluruh dunia. Education For All (EFA) sendiri sudah jadi bahan bahasan global sejak lama, pahkan menjadi bagian tersendiri dalam dunia pendidikan. Final Statement the Global Education for All Meeting (GEM) yang diadakan di Paris pada November 2012 telah menggarisbawahi kebutuhan akan peninjauan Education For All secaraa Nasional dan Regional. Hasil tinjauan nasional akan disintesiskan dalam laporan regional yang kemudian akan dijadikan bahan diskusi dalam Global EFA Conference yang akan diadakan di Korea pada 2015. Hasil tinjauan ini akan menjadi self-assessment berharga bagi negara-negara yang tergabung dalam meninjau bentuk pendidikan di masa mendatang. UNESCO sendiri telah menyatakan dukungan penuhakan hal ini.

Kalau boleh sedikit narsis nih, mulai 2015 nanti Pendidikan Luar Sekolah akan mendapat perhatian lebih. Dunia Internasional sejak lama sudah memberikan perhatian pada sektor-sektor PLS, terbukti dengan adanya Community Learning Center (CLC), Non Formal Education (NFE), dan Lifelong Learning yang memang menjadi garapan Pendidikan Luar Sekolah. Apabila dunia Internasional lebih fokus dengan membagi Pendidikan Luar Sekolah (ala Indonesia) menjadi sektor-sektor yang lebih fokus, maka sudah seharusnya  Indonesia ikut menata ulang bagian “PLS”nya. Pendidikan Luar Sekolah kita hakikatnya lebih dari sekedar Out of School Education. PLS Indonesia adalah CLC, NFE, Lifelong Learning, dan Out of School yang menjadi satu, sehingga terlihat “tidak jelas” karena “terlalu luas”. Pemecahan PLS menjadi sektor-sektor yang lebih terfokus akan lebih mengefisienkan bidang kajian sehingga dapat memaksimalkan kinerja. Jika PLS terlihat sangat jelas dimana “track”nya hanya dengan melihat namanya, maka masyarakat luas tentunya akan dapat lebih membuka mata dan akan lebih melihat secara jelas kemana saja jalur yang harus mereka tapaki untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka di luar pendidikan formal, meski PLS sendiri bukan bagian terpisah dari Pendidikan Formal.

PLS Indonesia sekarang kurang nampak di permukaan, bahkan masih banyak yang tidak mengenal. Pemecahan PLS menjadi sektor-sektor bidang yang lebih fokus perlu dilakukan, karena PLS is not only out of school education, bukan hanya lembaga pelatihan dan kursus. Apabila hal ini sulit dilakukan, ganti nama saja lah, setidaknya dengan begitu sisi lain pendidikan ini dapat lebih mudah dikenal dan lebih terpapar jelas utamanya di masyarakat awam.

0 komentar:

Posting Komentar